Menguji peralatan listrik langsung di lapangan merupakan cara terbaik untuk memastikan bahwa peralatan tersebut akan berfungsi sesuai dengan semestinya secara aman dan memadai. Walaupun produsen atau manufaktur selalu melakukan pengujian terlebih dahulu pada peralatan sebelum dikirim ke customer, pengujian ini menjadi tidak ada artinya ketika peralatan tersebut digunakan secara tidak baik dalam instalasi atau dikirim dengan kondisi transportasi yang kurang baik.
Pengujian dilapangan dilakukan untuk memverifikasi bahwa peralatan yang dipasang tidak rusak dan siap untuk di energize. Sedangkan pengujian pada peralatan yang sudah ada, dimaksudkan untuk menguji apakah peralatan tersebut memerlukan perawatan (maintenance) atau pergantian (replacement).
Metode pengujian yang akan dilakukan bergantung pada usia dan kondisi perangkat yang sedang diuji. Mengontrak pihak ketiga yang memiliki sertifikasi dalam pengujian, dapat memastikan kita sebagai pemilik bahwa pengujian dilakukan secara objektif, independent dari produsen, serta sesuai dengan spesifikasinya, dengan menggunakan alat kalibrasi dan personal yang berkualifikasi untuk pengujian tersebut.
Pengujian kelistrik secara umum dibagi menjadi tiga metode sebagai berikut:
- Acceptance Tests
Juga dikenal sebagai pengujian awal atau commissioning tests, acceptance tests dilakukan pada peralatan baru, biasanya dilakukan segera setelah instalasi dan sebelum di energize.
Pengujian ini memastikan bahwa peralatan listrik dan sistem yang diuji beroperasi sesuai dengan standar dan batas toleransi yang berlakum dan terpasang sesuai dengan spesifikasi dari manufaktur. Banyak kriteria yang digunakan untuk menentukan peralatan mana yang akan diuji dan sejauh mana pengujian akan dilakukan.
Ketika diimplementasikan dengan baik, acceptance tests terdiri dari 4 langkah :
- Factory Acceptance Testing (FAT) – Peralatan diuji sebelum dikirim untuk memperbaiki cacat desain dan manufaktur.
- Pengujian saat penerimaan barang – Pengujian dilakukan setelah peralatan dikirim namun sebelum ditandantangani untuk memastikan pengiriman tiba tanpa adanya kerusakan.
- Installation Acceptance Testing – Peralatan diuji segera setelah diinstal untuk memperbaiki kesalahan dalam instalasi
- Pengujian Fungsioanl Sistem – Peralatan dijalankan sebagaimana mestinya untuk menguji peralatan kontrol dan melakukan troubleshooting ketika pengujian. Pengujian ini juga sering disebut sebagai pengujian start-up atau pre-operation testing.
Ketika Acceptance Tests dilakukan berulang sebelum periode garansi habis (dalam waktu kurang dari satu tahun), maka pengujian itu disebut sebagai Proof Tests. Hasil dari Acceptance Tests di lapangan juga dapat digunakan sebagai patokan untuk pengujian yang akan dilakukan di masa mendatang.
- Routine Maintenance Tests (Pemeliharaan Tes Rutin)
Pengujian secara berkala adalah cara terbaik untuk mendeteksi penurunan performa peralatan listrik selama digunakan. Routine Maintenance Tests dilakukan dalam waktu yang teratur. Frekuensi pengujian yang paling efektif adalah berdasarkan tingkat keandalannya. Setiap pabrikan dan peralatan memiliki waktu pengujian yang berbeda-beda.
Kondisi peralatan, tingkat kekritisan dan kehandalannya harus ditentukan untuk memutuskan pengujian efektif yang akan dilakukan. Dalam proses pemeliharaan rutin, mencatat segala informasi yang ditemukan selama waktu pengujian sangat penting.
Pengujian pemeliharaan, dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
- As-found tests (Pengujian saat ditemukan) : Dilakukan pada peralatan sebelum melakukan pembersihan atau pekerjaan pemeliharaan apapun.
- As-left test (Pengujian saat ditinggalkan) : Dilakukan setelah melakukan pemeliharaan dan tepat sebelum peralatan digunakan kembali.
Membandingkan As-found tests dan As-left tests dapat menunjukkan sejauh mana perbaikan yang telah dilakukan pada peralatan sebagai acuan untuk melihat tren di masa mendatang.
- Special Maintenance Tests (Tes Pemeliharaan Khusus)
Ketika sebuah peralatan sudah diketahui memiliki kerusakan, atau telah mengalami kondisi yang kurang menguntungkan, Special Maintenance Tests dapat digunkan untuk memverifikasi karakteristik operasionalnya sebelum dihidupkan kembali (re-energize).
Salah satu contoh kondisi yang tidak menguntungkan bisa terjadi saat adanya gangguan oleh pemutus sirkuit (Circuit Breaker), yang memerlukan inspeksi, pemeliharaan, dan testing sebelum dapat digunakan kembali. Contoh yang lebih ekstrim misalkan Upaya untuk mengembalikan layanan pada kubikel (switchgear) atau panel MCC (Motor Control Center) yang terendam air selama banjir.
Sama halnya seperti Acceptance Tests, banyak kriteris yang digunakan dalam menentukan apa yang akan diuji dan sejauh mana pengujian dilakukan. Special Maintenance Tests dapat bervariasi mulai dari inspeksi visual hingga program start-up lengkap.
Lalu mana metode pengujian kelistrikan yang harus dipilih ?
Tidak peduli dalam situasi apapun, pemilihan metode pengujian kelistrikan bergantung pada usia dan kondisi peralatan yang sedang diuji. Dengan menggunakan pihak ketiga yang sudah tersertifikasi, tentunya dapat memberikan jaminan kepada pemilik bahwa pengujian yang dilakukan sudah terkualifikasi secara objektif, independent, sesuai dengan spesifikasi, dan penggunaan alat pengujian yang terkalibrasi.
Referensi :
https://wiki.testguy.net/t/the-3-main-methods-of-electrical-testing/98